Jumat, 24 Juni 2011

Skripsi

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS
PEDAGING PLASMA DAN MANDIRI DI DESA PURASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR








SKRIPSI
ENDIN SYAFRUDIN
















 

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

 




RINGKASAN

ENDIN SYAFRUDIN. D03498029. 2005. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Plasma dan Mandiri di Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.  Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama                :   Dr. Ir. Sri Mulatsih, MscAgr.
Pembimbing Anggota             :   Ir. Niken Ulupi, MS.

            Pembangunan peternakan merupakan bagian penting pembangunan pertanian yang memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Dalam pengelolaan usaha peternakan ayam ras pedaging perlu diperhatikan perencanaan yang matang dan manajemen yang baik, karena ayam ras pedaging mudah terserang penyakit dan fluktuasi harga baik di tingkat output  maupun sarana produksi cukup besar. Oleh karena itu, peternak harus berupaya mengefisienkan penggunaan faktor produksi agar dapat memperoleh keuntungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknis dan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh peternak plasma maupun mandiri pada kondisi yang dijumpai. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus terhadap peternak yang dipilih secara sensus. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan pada peternak plasma dan mandiri di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus sampai September tahun 2004. Jumlah sampel ada 11 peternak plasma dan 11 peternak mandiri masing-masing dengan 24 dan 22 periode pemeliharaan.
            Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriftif dan analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor pada peternak plasma dan peternak mandiri dicapai masing-masing mortalitas tertinggi yaitu 14,45 % dan 10,70 %, konversi pakan tertinggi yaitu 1,90 dan 1,98, berat badan akhir tertinggi 1,80 kg/ekor dan 1,76 kg/ekor, dan indeks produksi terendah yaitu 188,79 dan 195,64. Pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak plasma dan mandiri dicapai nilai tertinggi pada umur panen 5 minggu dengan skala usaha 2.000 ekor, mortalitas kurang dari 5,00 %, konversi pakan kurang dari 1,70, berat badan akhir kurang dari 1,60 kg/ekor dan indeks produksi lebih dari 250.

Kata-kata kunci:   faktor produksi, efisiensi, usaha peternakan ayam ras pedaging, pendapatan


ABSTRACT

The Analysis of Profit for Small Holder Broiler Chicken Farm of Plasma and Independent Farmers in Purasari Village, District Leuwiliang, Bogor.

Syafrudin, E, S. Mulatsih, and N. Ulupi

The objective of this research are to know the technical aspect (mortality, feed convertion ratio, final live body weight and production index) and amount                 of production cost spent and to know the profit reached in small holder broiler chicken farm. The research was conducted on August to September 2004.            The primary data were collected from 11 plasma farmers (24 breeding periods) and 11 independent farmers (22 breeding periods) in Purasari Village. The results of this research show that in the age of 6 weeks breeding periods with 5.000 chicks for plasma and independent farmers reached each the highest mortality are 14,45 % and 10,70 %, the highest feed convertion ratio are 1,90 and 1,98, the highest final live body weight are 1,80 kg/chick and 1,76 kg/chick and the lowest production index are 188,79 and 195,64. The profit for a final live body weight reached the highest value in the age of 5 weeks breeding periods with 2.000 chicks, mortality less than 5,00 %, feed convertion ratio less than 1,70, final live body weight less than 1, 60 kg/chick and production index more than 250.

Keywords: production factor, efficiency, small holder broiler chicken farm, profit.


ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS
PEDAGING PLASMA DAN MANDIRI DI DESA PURASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR










ENDIN SYAFRUDIN
D03498029











Skripsi ini merupakan salah satu syarat utuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor










DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005


ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS
PEDAGING PLASMA DAN MANDIRI DI DESA PURASARI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR






Oleh
ENDIN SYAFRUDIN
D03498029





Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 April 2005





Pembimbing Utama                          Pembimbing Anggota





Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr.         Ir. Niken Ulupi, MS




Dekan                                                 Ketua Departemen
Fakultas Peternakan                         Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan
Institut Pertanian Bogor                   Fakultas Peternakan
                                                            Institut Pertanian Bogor




Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc    Ir. Dwi Joko Setyono, MSi.


RIWAYAT HIDUP
          Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Januari 1980 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Sutisna dan Ibu Rosmiyah.
            Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SDN 1 Sawangan, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1995 di SMPN 2 Depok dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 1998           di SMUN 1 Depok.
            Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 1998.

 KATA PENGANTAR
          Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan karunia dan rahmat-Nya yang tidak terhingga sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Plasma dan Mandiri di Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” dapat diselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi dan mendapatkan gelar Sarjana Peternakan (SPt.) pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang penulis laksanakan di  Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
            Pembangunan peternakan merupakan bagian penting pembangunan pertanian yang memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Dalam pengelolaan usaha peternakan ayam ras pedaging perlu diperhatikan perencanaan yang matang dan manajemen yang baik, karena ayam ras pedaging mudah terserang penyakit dan fluktuasi harga baik di tingkat output maupun sarana produksi cukup besar. Oleh karena itu, peternak harus berupaya mengefisienkan penggunaan faktor produksi agar dapat memperoleh keuntungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknis usaha dan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh peternak plasma maupun mandiri pada kondisi yang dijumpai.
            Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi kehidupan para peternak di masa mendatang.



                                                                                    Bogor,   1 Mei 2005

                                                                                    Penulis




DAFTAR ISI

RINGKASAN   …………………………………………………...
ABSTRACT   ……………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP   ……………………………………………..
KATA PENGANTAR   ………………………………………….
DAFTAR ISI   ……………………………………………………
DAFTAR TABEL   ………………………………………………
DAFTAR GAMBAR   …………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN   …………………………………………
PENDAHULUAN   ………………………………………………
Latar Belakang   …………………………………………...
Perumusan Masalah   ……………………………………...
Tujuan Penelitian   ………………………………………...
Kegunaan Penelitian   ……………………………………..
KERANGKA PEMIKIRAN   …………………………………...
TINJAUAN PUSTAKA   ………………………………………...
Karakteristik Ayam Ras Pedaging   ……………………….
Faktor-Faktor Produksi   …………………………………..
Bibit Ayam   ……………………………………….
Pakan   ……………………………………………..
Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin   ……………….
Tenaga Kerja   ……………………………………..
Bahan Penunjang (Sekam,Listrik dan Bahan Bakar)
Biaya Produksi   …………………………………………...
Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging   …...
Efisiensi   …………………………………………………..
Penerimaan dan Pendapatan   ……………………………..
METODE PENELITIAN   ………………………………………
Lokasi dan Waktu   ………………………………………..
Populasi dan Sampel   ……………………………………..
Desain Penelitian   ………………………………………...
Data dan Instrumentasi   …………………………………..
Pengumpulan Data   ……………………………………….
Analisis Data   ……………………………………………..
Analisis Deskriptif   ……………………………….
Analisis Pendapatan   ……………………………...
Definisi Istilah   ……………………………………………
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN   ………………..
HASIL DAN PEMBAHASAN     ………………………………..
Karakteristik Peternak di Lokasi Penelitian   ……………...
Umur   ……………………………………………..
Pendidikan Formal dan Informal   ………………...
Pengalaman Beternak   …………………………….
Pekerjaan Pokok   ………………………………….
Aspek Teknis Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging   …..
Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging   ……..
Biaya Produksi Peternak   …………………………
Pendapatan Peternak   ……………………………..
KESIMPULAN DAN SARAN   ………………………………..
Kesimpulan   ………………………………………………
Saran   ……………………………………………………..
UCAPAN TERIMA KASIH   …………………………………..
DAFTAR PUSTAKA   ………………………………………….
LAMPIRAN   ……………………………………………………
Halaman
ii
iii
vi
vii
viii
x
xi
xii
1
1
2
3
3
4
5
5
5
5
6
6
7
7
8
8
9
10
11
11
11
11
11
11
11
11
12
12
14
16
16
16
16
18
18
18
20
20
22
24
24
24
25
26
27

DAFTARTABEL
Nomor
1.



2.


3.


4.


5.


6.



7.

Mortalitas, Konversi Pakan dan Berat Badan Akhir Ayam Ras Pedaging Berdasarkan Skala Usaha di daerah Kuningan, Jawa Barat   ………………………………………………….

Perkembangan Populasi Ternak di Kecamatan Leuwiliang Tahun 2003-2004   ………………………………………......

Perkembangan Populasi Ternak di Desa Purasari, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor Tahun 2003-2004 …………..

Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian   …………………………………………………..

Aspek Teknis Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging            di Lokasi Penelitian   …………………………………………

Biaya Produksi Per Kilogram Berat Badan Akhir Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian (Rupiah/Kilogram)   …………………………………………

Pendapatan Per Kilogram Berat Badan Akhir Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian (Rupiah/Kilogram)   …………………………………………
Halaman


9


14


15


17


20



21



23




DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian   ……………
Halaman
4






DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

2.

3.


4.

Komposisi Input dan Output pada Peternak Plasma   ……...

Komposisi Input dan Output pada Peternak Mandiri   ……..

Komposisi Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Peternak Plasma   …………………………………………...

Komposisi Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Peternak Mandiri   ………………………………………….
Halaman
28

29


30


31



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian penting pembangunan pertanian karena subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Dari subsektor peternakan ayam ras pedaging memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Setelah diterpa krisis moneter dan adanya wabah penyakit flu burung, bisnis peternakan menghadapi masalah besar untuk kembali pulih. Krisis moneter hampir membuat lumpuh kegiatan sektor peternakan khususnya ternak ayam ras pedaging, hal ini karena bahan baku pakannya sangat tergantung pada impor.
Pemerintah sangat serius menangani pengembangan peternakan khususnya peternakan ayam ras pedaging. Melalui peraturan Keppres Nomor 22 tahun 1990 yang disertai dengan SK Mentan Nomor 362 Tahun 1990 yang merupakan penyempurnaan dari Keppres Nomor 50 tahun 1981, pemerintah memberi peluang kepada peternak kecil untuk mengembangkan usahanya. Kerjasama peternak kecil dengan perusahaan peternakan yang mampu membina dan membantu baik dalam produksi maupun pemasaran sekurang-sekurangnya dilakukan selama tiga tahun (Pulungan dan Pambudy, 1993).
Menurut Saragih (2000), bisnis ayam ras pedaging memiliki karakteristik dasar sebagai berikut : (1) bisnis ayam ras pedaging didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan dan produksi ayam ras pedaging yang memiliki sifat pertumbuhan tergolong cepat; (2) produktivitas ayam ras pedaging sangat tergantung pada pakan baik secara teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang efisien); dan (3) produk akhir (final product) dari agribisnis ayam ras pedaging merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi   mulai dari hulu sampai ke hilir, yang bernilai ekonomi tinggi berupa ayam ras pedaging.
Dengan karakteristik dasar tersebut, ayam ras pedaging memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut: (1) waktu pemeliharaan yang relatif cepat jika dibandingkan dengan hewan ternak lainnya; (2) keefisienan pengubahan makanan ternak menjadi pangan yang dibutuhkan manusia sangat tinggi; dan (3) pengolahan produk yang mudah dibandingkan dengan produk lainnya (seperti susu yang dihasilkan oleh sapi perah yang perlu penanganan khusus dalam pengolahannya dan produknya cepat rusak); serta (4) dari segi pemasaran cukup mudah jika sudah mengetahui pasar atau dapat dijual sendiri.
Dalam pengelolaan usaha peternakan ayam ras pedaging perlu diperhatikan perencanaan yang matang dan manajemen yang baik, karena ayam ras pedaging memiliki dua kelemahan utama. Pertama mudah terserang penyakit jika sanitasi dan sistem pemeliharaan yang kurang baik. Kedua gejolak fluktuasi harga baik di tingkat output maupun sarana produksi cukup besar sehingga posisi tawar peternak sangat rendah. Kedua kelemahan tersebut berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang akan diperoleh sehingga peternak harus berupaya mengefisienkan penggunaan input produksi agar dapat memperoleh keuntungan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peternak ayam ras pedaging harus  berupaya mengefisienkan penggunaan input produksi agar dapat memperoleh keuntungan sebagai salah satu indikator keberhasilan usaha. Kenyataannya banyak peternak kecil menghadapi kendala untuk mencapai efisiensi tersebut antara lain disebabkan oleh skala yang masih terbatas, modal kecil, dan tertekannya harga         di sisi peternak baik harga output maupun sarana produksi sehingga permasalahan yang ada antara lain:
1)            bagaimana aspek teknis usaha peternakan ayam ras pedaging baik peternak plasma maupun mandiri di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor berdasarkan indikator mortalitas, konversi pakan, berat badan akhir ayam ras pedaging, dan indeks produksi yang dicapai?,
2)            berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan dan tingkat pendapatan peternak ayam ras pedaging baik peternak plasma maupun mandiri pada kondisi yang dijumpai?







Tujuan Penelitian
            Menjawab permasalahan di atas, maka penelitian pada usaha peternakan  ayam ras pedaging di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor bertujuan untuk :
1)           mengetahui aspek teknis usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilaksanakan oleh peternak plasma maupun mandiri, dan
2)           mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh peternak plasma maupun mandiri pada kondisi yang dijumpai.

Kegunaan Penelitian
            Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1)             peternak sebagai bahan informasi dan pengetahuan untuk mengambil keputusan dalam hubungannya dengan penggunaan faktor-faktor produksi (input) dan biaya produksi ke arah yang lebih efisien dan menguntungkan,
2)             pengambil kebijakan pengembangan peternakan ayan ras pedaging khususnya (koperasi peternakan, pengusaha pembibitan ayam, pengusaha pakan dan penyuluh peternakan) sebagai bahan informasi  dan masukan,
3)             pemerintah wilayah setempat sebagai bahan informasi dalam pengembangan peternakan, dan
4)             penelitian selanjutnya sebagai bahan informasi.








KERANGKA PEMIKIRAN


Latar Belakang Penelitian
 
            Penelitian yang dilaksanakan memiliki tujuan, yaitu : (1) mengetahui aspek teknis usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilaksanakan oleh peternak plasma maupun mandiri; dan (2) mengetahui besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima oleh peternak plasma maupun mandiri pada kondisi yang dijumpai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan data yang diambil dari peternak plasma maupun mandiri melalui wawancara langsung dengan instrumen kuesioner. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis (analisis deskriptif dan analisis pendapatan). Analisis deskriptif terdiri dari karakteristik peternak dan aspek teknis usaha peternakan. Analisis pendapatan meliputi komposisi biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.









 


















Gambar 1.       Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Ayam Ras Pedaging
            Ayam ras pedaging yang di lingkungan masyarakat lebih dikenal dengan sebutan ayam broiler, menurut Rasyaf (2002a) adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah 8 minggu dengan bobot tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging relatif banyak dan baik. Ayam ras pedaging umumnya dipelihara dalam waktu          5-6 minggu dengan bobot tubuh antara 1,4-1,6 kg per ekor ayam. Akan tetapi, kini ayam ras pedaging dengan bobot lebih dari itu juga diterima konsumen, misalnya bobot tubuh antara 1,8-2 kg per ekor (Rasyaf, 2002a). Menurut Fadilah (2004a), keunggulan ayam ras pedaging terlihat dari pertumbuhan berat badan yang akan terbentuk sangat didukung oleh: (1) temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26 0C); (2) kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (3) teknik pemeliharaan yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan (4) kawasan peternakan terbebas dari penyakit.
Faktor-faktor Produksi
            Rasyaf (2002b) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging membutuhkan lahan untuk lokasi peternakan, modal untuk membangun kandang dan modal kerja, tenaga kerja dan pengetahuan beternak yang baik untuk teknis beternak. Menurut Fadilah (2004b), faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin, serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar).
Bibit Ayam
            Abidin (2002) menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem seleksi yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik akan muncul secara maksimal sebagai   penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
            Menurut Fadilah (2004a), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas, yaitu: (1) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (2) berasal dari induk yang matang umur; (3) anak ayam terlihat aktif, mata cerah, dan lincah;         (4) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (5) bulu cerah, tidak kusam, dan penuh; (6) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (7) keadaan tubuh ayam normal; dan (8) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya  di atas 37 g. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan tingkat morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan lebih baik (Rasyaf, 2002a).
Pakan
            Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) Mash (pellet hancur), biasanya diberikan kurang dari dua minggu jika pakan crumbels tidak tersedia; (2) Crumbles (pellet pecah), diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan (3) Pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa awal (2 atau 3 minggu) digunakan pellet starter dan pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher.
            Indrayati (1993) menyatakan bahwa pakan merupakan faktor produksi yang sangat menentukan tingkat produksi daging ayam, artinya tidak mungkin ayam ras pedaging dapat tumbuh tanpa menggunakan faktor produksi ini. Kebutuhan untuk setiap ekor ayam adalah 3,29 kg pakan selama pemeliharaan sampai 6 minggu (North dan Bell, 1990).
Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin
            Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Cara penggunaan obat-obatan ada tiga cara yaitu melalui air minum, pakan, dan suntikan (Rasyaf, 2002a).
            Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan  tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam, baik melalui  injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata (Abidin, 2002).
Pada peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya New Castle Disease (ND) atau tetelo dan gumboro (Fadilah, 2004b).
            Menurut Esminger (1992), vitamin adalah susunan kompleks zat organik  yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi, dan kesehatan. Dalam program tata laksana pemeliharaan ayam ras pedaging digunakan vitamin C (pada umumnya berbentuk serbuk dan cairan), yang biasanya diberikan setelah vaksinasi dan digunakan sebagai suplemen atau bahan tambahan pada air minum ayam (Tobing, 2004).
Tenaga Kerja
            Rasyaf (2002a) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging sebenarnya bukan padat karya dan juga tidak selalu padat modal. Peternakan ayam ras pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja antara lain : tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Menurut Fadilah (2004b), untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan satu tenaga kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam, membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam, dan sebagainya.
Bahan Penunjang (Sekam, Listri, dan Bahan Bakar)
            Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk vitamin D di dalam tubuh ayam dan tidak secara langsung membantu ayam dalam menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu minyak (Abidin, 2002). Selanjutnya Fadilah (2004a) mengatakan bahwa intensitas cahaya pada malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan lampu bohlam-150 watt untuk luas lantai 93 m2. Menurut Fadilah (2004a), selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per 1.000 ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg (tabung) sebanyak 5–7 buah, minyak tanah 100-120 liter, dan batu bara (100-130 kg).
            Menurut Fadilah (2004a), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem litter). Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktivitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam (Fadilah, 2004a). Selanjutnya Fadilah (2004a) menyatakan bahwa sekam harus dijaga tetap kering, tidak basah, dan tidak menggumpal.
Biaya Produksi
            Menurut Fadilah (2004a), dalam usaha peternakan ayam ras pedaging, komponen faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan adalah biaya bibit ayam, biaya pakan dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta biaya bahan penunjang (biaya sekam, listrik, dan bahan bakar).
            Dari hasil penelitian Pakarti (2000), biaya pakan menunjukkan persentase yang paling tinggi nilainya yaitu 71,61%, sedangkan biaya untuk bibit ayam menduduki posisi kedua yaitu 20,84%. Selanjutnya biaya obat, vaksin, dan      vitamin 4,4%, biaya depresiasi kandang dan peralatan 1,82%, biaya listrik dan bahan bakar 0,94% serta untuk biaya sekam dan sanitasi 0,33%, Biaya tenaga kerja dan sewa tanah pada penelitian ini tidak diperhatikan karena tanah milik sendiri, sedangkan tenaga kerja adalah tenaga kerja keluarga.
Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
            Menurut Tjakrawiralaksana dan Soerjaatmadja (1983), secara umum  suatu bisnis usaha tani dapat dikatakan telah berhasil dalam segi finansial, apabila usaha tani tersebut dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) usaha tani tersebut telah menghasilkan penerimaan yang dapat menutupi semua biaya atau pengeluarannya; (2) usaha tani tersebut telah memberikan penerimaan tambahan untuk membayar bunga modal yang dipakai; (3) usaha tani tersebut telah memberikan balas jasa pengelolaan yang wajar kepada petani itu sendiri; dan (4) usaha tani tersebut tetap produktif pada akhir tahun, seperti halnya pada awal tahun operasi.
            Menurut Rasyaf (2002b), ada tiga unsur yang harus diperhatikan peternak ayam ras pedaging untuk menunjang keberhasilan usaha, yaitu: (1) Unsur Produksi, peternak harus mengetahui secara seimbang antara produksi, pakan, dan pencegahan penyakit; (2) Unsur Manajemen, manajemen berfungsi untuk mengendalikan semua aktivitas di peternakan secara terpadu dan sinkron guna mencari keuntungan yang maksimal; dan (3) Unsur pasar dan pemasaran, untuk mendapatkan keuntungan, peternak perlu menjual hasil peternakan ayam ras pedaging ke pasar, untuk mencapai pasar pun diperlukan jalur khusus yang biasa dikenal dengan pemasaran.           Pakarti (2000) menyatakan bahwa keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Kombinasi dari faktor   pakan, lingkungan, dan manajemen pemeliharaan dicerminkan dalam bentuk aspek teknis usaha peternakan dengan beberapa indikator penting, yaitu: (1) mortalitas;     (2) konversi pakan; (3) berat badan akhir ayam ras pedaging yang dicapai; dan        (4) indeks produksi yang dicapai. Aspek teknis usaha peternakan ayam ras pedaging hasil penelitian Pakarti (2000) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.    Mortalitas, Konvesi Pakan, dan Berat Badan Akhir Ayam Ras Pedaging Berdasarkan Skala Usaha di daerah Kuningan, Jawa Barat
Skala Usaha
(ekor)
Jumlah Peternak
(orang)
Mortalitas
(%)
Konversi
Pakan
Berat Badan Akhir
(kg/ekor)
≤ 1.000
1.001 – 2.000
2.001 – 3.000
> 3.000
10
26
2
4
6,10
10,45
13,53
6,66
1,79
1,86
1,83
1,65
1,50
1,46
1,45
1,35
Sumber : Data Lapangan Hasil Penelitian Pakarti, 2000

Efisiensi
            Salah satu aspek yang menentukan di dalam keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging adalah tingkat efisiensi dalam berproduksi, artinya pencapaian produktivitas yang tinggi. Menurut Simanjuntak (1998), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Produktivitas mencakup dua aspek yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi menggambarkan tingkat penggunaan sumber daya manusia (manusia, modal, dan material) atau bagaimana melakukan sesuatu sebaik mungkin. Sedangkan efektivitas menunjukkan apakah persoalan tertentu dapat diselesaikan dengan baik. Lipsey et al (1989) menyatakan bahwa sumber daya sebagai faktor produksi adalah langka, karena itu harus dipergunakan secara efisien. Menurut Rasyaf (2002b) efisiensi adalah perbandingan antara input dengan output. Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa efisiensi teknis ditunjukkan oleh hubungan fisik (teknis) antara faktor-faktor produksi dengan produk yang dihasilkan (output). Selain efisiensi teknis, dikenal juga efisiensi ekonomis yaitu efisiensi yang dicapai pada saat keuntungan maksimal.
Penerimaan dan Pendapatan
            Boediono (1982) menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan output yang diterima produsen. Rasyaf (2002b) menyatakan bahwa sumber penerimaan peternak ayam ras pedaging dari hasil penjualan daging ayam ras pedaging hidup dan hasil penjualan kotoran. Pakarti (2000) dalam penelitiannya menghitung penerimaan hanya dari penjualan output utama berupa ayam ras   pedaging hidup dalam satuan rupiah dan diperhitungkan dalam satu siklus produksi.
            Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biayanya. Biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi, 2003). Rasyaf (2002b) menyebutkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel termasuk biaya tetap operasional tertutupi. Penerimaan total (TR) adalah banyaknya produksi dikalikan dengan harga         output (Py) dan biaya produksi (TC) yaitu total biaya variabel (TVC) ditambah dengan total biaya tetap (TFC), dan TVC adalah banyaknya input (X) dikalikan dengan harga input (Px), maka persamaan keuntungan (Ï€) menurut Widjaya (1998) dapat ditulis sebagai berikut :
            Ï€ = TR – TC = TR – (TVC + TFC)
            Ï€ = Py.Y – (Px.X + TFC)
            Ï€ = Py.Y – Px.X – TFC
            Tingkat pendapatan peternak sangat dipengaruhi oleh mortalitas. Penelitian Pakarti (2000) mengungkapkan bahwa peternak mortalitas ≤ 5,00 % dan mortalitas (5,01 – 10,00) % pendapatan rata-rata peternak positif, sedangkan pada mortalitas     > 10,00 % pendapatan rata-rata peternak negatif. 








METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
            Penelitian ini merupakan studi kasus pada peternak ayam ras pedaging baik peternak plasma maupun mandiri di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2004.
Populasi dan Sampel
            Pemilihan sampel peternak dilakukan secara sensus. Pada penelitian ini diambil 22 orang responden peternak yang terdiri dari 11 orang peternak plasma dan 11 orang peternak mandiri, masing-masing dengan 24 dan 22 periode pemeliharaan.
Desain Penelitian
            Penelitian ini didesain sebagai studi kasus terhadap peternak yang dipilih secara sensus. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Data dan Instrumentasi
            Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengamatan langsung, wawancara dengan peternak sampel, dan pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta            instansi-instansi lain yang terkait. Data sekunder meliputi keadaan umum daerah penelitian dan potensi peternakan daerah penelitian.
Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dilakukan di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.  Data diambil selama bulan Agustus sampai September            tahun 2004.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
            Analisis Deskriptif untuk mengetahui kondisi usaha peternakan yang terdiri atas karakteristik peternak dan aspek teknis usaha peternakan.

Analisis Pendapatan
            Analisis Pendapatan untuk mengetahui komposisi biaya produksi, penerimaaan, dan pendapatan pada saat penelitian. Rumus yang digunakan adalah:
Pendapatan     =   Penerimaan – Biaya produksi
Pendapatan ini diperhitungkan untuk satu kali siklus produksi yang berkisar antara  30 hari sampai 45 hari.
            Penerimaan (A) dalam penelitian ini yang akan diperhitungkan adalah penerimaan dari hasil penjualan output utama berupa ayam ras pedaging hidup (Rp). Biaya produksi (B) terdiri dari:  biaya bibit ayam (Rp), biaya pakan (Rp), biaya tenaga kerja (Rp), biaya obat-obatan, vaksin, dan vitamin (Rp), biaya bahan penunjang meliputi biaya sekam, listrik dan bahan bakar (Rp).
Pendapatan (C) = A – B
Definisi Istilah
1)             Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi  rendahnya pertambahan berat badan yang dihasilkan, antara lain bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin, serta  bahan penunjang (sekam, listrik dan bahan bakar).
2)             Output adalah hasil produksi berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Dalam usaha peternakan ayam ras pedaging, output merupakan jumlah daging yang dihasilkan pada umur panen dalam bentuk ayam ras pedaging hidup.
3)             Berat badan akhir ayam ras pedaging adalah berat ayam yang dicapai pada saat panen dalam satuan kilogram.
4)             Pertambahan berat badan adalah kenaikan berat badan dalam jangka waktu pemeliharaan. Pertambahan berat badan diperoleh dari selisih berat badan akhir dengan berat badan awal.
5)             Konversi pakan adalah perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan yang dicapai.
6)             Mortalitas adalah jumlah kematian ayam yang dipelihara selama satu siklus produksi.
7)             Indeks Produksi = (100% - Mortalitas(%)) x Berat badan rataan x 100
                                             Konversi pakan x Rataan umur panen
8)             Siklus produksi adalah lamanya ayam ras pedaging dipelihara dari umur satu hari sampai saat dijual yang berkisar antara 5-6 minggu.
9)             Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternak untuk kelangsungan usaha peternakan. Biaya produksi terdiri dari : biaya bibit ayam, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin, dan vitamin, serta biaya bahan penunjang (sekam, listrik dan bahan      bakar).
10)         Penerimaan adalah nilai hasil penjualan output, yaitu penjualan output utama berupa ayam ras pedaging hidup dalam satuan rupiah dan diperhitungkan dalam satu siklus produksi.
11)         Pendapatan adalah nilai rupiah yang diterima peternak yang merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi dalam selang waktu      satu siklus produksi.
12)         Peternak Plasma adalah peternak ayam ras pedaging yang bekerjasama dengan perusahaan inti (yang menyediakan sarana produksi ternak, bimbingan teknis, menampung hasil panen, dan memasarkan hasil produksi peternak plasma) dan bekerjasama berdasarkan dokumen perjanjian yang disepakati.
13)         Peternak Mandiri adalah peternak ayam ras pedaging yang menyediakan dan menanggung sendiri sarana produksi ternak, mengusahakan sendiri penjualan produk, dan resiko kerugian usaha ditanggung sendiri.











KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
            Kecamatan Leuwiliang adalah salah satu dari 35 kecamatan yang berada       di wilayah bagian Barat Kabupaten Bogor, berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut dengan suhu antara 30 0C sampai dengan 35 0C. Adapun  batas-batas wilayah administratif Kecamatan Leuwiliang adalah sebelah Utara berbatasan  dengan Kecamatan Rumpin, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Nanggung/Cigudeg, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibungbulang/Pamijahan.   Berdasarkan kondisi topografi, Kecamatan Leuwiliang dengan luas wilayah 8.918 ha terdiri atas tanah daratan (4.675,577 ha) dan tanah perbukitan (4.242,423 ha).
            Jenis dan populasi ternak yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang antara lain: sapi potong, kerbau, kambing, domba, ayam ras pedaging, dan ayam buras. Jenis dan populasi ternak serta perkembangannya di Kecamatan Leuwiliang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.    Perkembangan Populasi Ternak di Kecamatan Leuwiliang       Tahun 2003 – 2004
No.
Jenis Ternak
Tahun 2003
(ekor)
Tahun 2004
(ekor)
Pertumbuhan
(%/tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sapi potong
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam ras pedaging
Ayam buras
11
625
2.713
5.196
396.000
15.285
15
626
2.846
5.747
381.000
15.036
36,36
0,16
4,90
10,60
- 3,79
-1,64
Sumber:     Data Dinas Peternakan dan Perikanan, Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah Leuwiliang Tahun 2003 – 2004

            Dari Tabel 2. tampak bahwa di Kecamatan Leuwiliang populasi ayam ras pedaging sebesar 381.000 ekor pada tahun 2004 mendominasi populasi ternak secara keseluruhan. Walaupun ada penurunan populasi sebesar 3,79 %, namun dengan    populasi yang mendominasi masih merupakan potensi untuk lebih dikembangkan        baik dari segi kuantitas maupun kualitas hasil ternaknya.
            Desa Purasari yang terletak di sebelah Selatan wilayah Kecamatan  Leuwiliang adalah salah satu desa dari 19 desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Leuwiliang, dengan luas tanah daratan 195,05 ha dan luas tanah perbukitan      457,065 ha. Sedangkan kondisi jenis dan populasi ternak di Desa Purasari antara  lain: kerbau, kambing, domba, ayam ras pedaging, dan ayam buras. Untuk mengetahui populasi dan perkembangan jenis ternak di Desa Purasari dapat dilihat pada Tabel 3.
            Tabel 3. Perkembangan Populasi Ternak di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor tahun 2003-2004
No.
Jenis Ternak
Tahun 2003
(ekor)
Tahun 2004
(ekor)
Pertumbuhan
(%/tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam ras pedaging
Ayam buras
43
160
398
30.000
834
47
170
389
30.000
836
9,30
6,25
-2,26
0,00
0,24
Sumber:   Data Dinas Peternakan dan Perikanan, Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah Leuwiliang Tahun 2003 – 2004

            Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat dijelaskan bahwa di Desa Purasari  populasi ayam ras pedaging sebsar 30.000 ekor pada tahun 2004 mendominasi   ternak secara keseluruhan walaupun tidak terjadi peningkatan. Kondisi ini masih menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging mempunyai potensi untuk lebih dikembangkan.














HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Peternak di Lokasi Penelitian
            Karakteristik peternak yang berhubungan dengan pengelolaan usaha peternakan ayam ras pedaging adalah umur, pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman, pekerjaan, dan skala usaha. Pada Tabel 4. ditunjukkan bahwa dari        22 responden hanya empat orang yang tidak tamat SD. Banyaknya peternak         berpendidikan dasar dan menengah merupakan potensi untuk menerima teknologi pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging. Potensi tersebut ditambah dengan banyaknya peternak (54,54 %) yang pernah mengikuti kursus/pelatihan mengenai pengelolaan dan manajemen pemeliharaan usaha peternakan ayam ras pedaging.
Umur
            Umur peternak plasma berkisar antara 32-60 tahun dengan golongan umur peternak yang terbanyak adalah 30-50 tahun, yaitu 72,73 %. Umur peternak mandiri berkisar antara 27-56 tahun dengan golongan umur yang terbanyak adalah               30-50 tahun, yaitu 63,64 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak ayam ras pedaging di lokasi penelitian merupakan golongan peternak usia produktif yang potensial untuk menerima teknologi dan inovasi dalam rangka peningkatan produktivitas usaha.
Pendidikan Formal dan Informal
            Dari segi pendidikan formal, peternak ayam ras pedaging di lokasi penelitian bervariasi mulai dari tidak tamat Sekolah Dasar sampai tingkat tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk peternak plasma maupun mandiri sebesar 18,18 % tidak tamat SD, 45,46 % tamat SD, 18,18 % tamat SLTP, dan 18,18 % tamat SLTA. Pendidikan formal mempunyai peranan penting terhadap produktivitas usaha, karena peternak mengenal pengetahuan, keterampilan, dan cara-cara baru dalam melakukan kegiatan usaha peternakannya. Selain pendidikan formal melalui lembaga pendidikan sekolah, pendidikan informal yang ditempuh di luar sekolah seperti kursus/pelatihan, lokakarya, dan penyuluhan mengenai pengelolaan dan manajemen pemeliharaan usaha peternakan ayam ras pedaging mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembekalan pengetahuan  dan keterampilan peternak dalam mengelolan usaha peternakannya.
            Tabel 4.  Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian
Karakteristik
Peternak Plasma
Peternak Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Umur (tahun)
< 30
30 – 50
> 50
Pendidikan Formal
SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Pendidikan Informal
Kursus/Pelatihan
Tidak Pernah
Pengalaman (tahun)
1 – 3
3 – 5
> 5
Pekerjaan
Peternak
Petani
Wiraswasta
Skala Usaha (ekor)
2.000
2.500
4.000
4.500
5.000

-
8
3

2
5
5
2

8
3

4
4
3

1
8
2

10
2
5
2
5

-
72,73
27,27

18,18
45,46
18,18
18,18

72,73
27,27

36,36
36,36
27,28

9,09
72,73
18,18

41,66
8,34
20,83
8,34
20,83

2
7
2

2
5
2
2

4
7

5
4
2

-
8
3

7
7
2
2
3

18,18
63,64
18,18

18,18
45,46
18,18
18,18

36,36
63,64

45,46
36,36
18,18

-
72,73
27,27

31,82
31,82
9,10
13,63
13,63
Sumber : Data Lapangan, 2004




            Dari segi pendidikan formal, dari 22 peternak sebesar 54,55 % pernah mengikuti kursus/pelatihan usaha peternakan ayam ras pedaging, sisanya sebesar 45,45 % tidak pernah mengikuti kursus/pelatihan. Pengetahuan dan keterampilan peternak yang tidak pernah mengikuti kursus/pelatihan diperoleh dari orang tua, teman atau pengalaman bekerja di peternakan milik orang lain.
Pengalaman Beternak
            Pengalaman beternak juga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pengelolaan usaha peternakannya. Pengalaman  beternak responden berkisar dari satu tahun sampai sepuluh tahun. Tetapi pada umumnya (77,27%) memiliki pengalaman beternak kurang dari lima tahun.
Pekerjaan Pokok
            Sebagian besar peternak (95,45 %) yang ada di lokasi penelitian berusaha ternak sebagai usaha sampingan. Peternak yang menjadikan usaha peternakan  sebagai pekerjaan pokok hanya 4,55 %. Hal ini didukung oleh data skala usaha yang berkisar 2.000–5.000 ekor dengan skala usaha terbanyak pada kurang dari 4.000 ekor yang termasuk golongan usaha peternakan skala kecil dan menengah.
Aspek Teknis Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
            Pakan ayam ras pedaging peternak plasma dipasok oleh perusahaan inti      PT. Sierad Produce Tbk. Pada peternak mandiri pakan ayam dipasok oleh Toko Sarana Produksi Ternak yang ada di lokasi penelitian. Pakan ayam ras pedaging berupa crumbles dan pellet.
            Tata laksana pemeliharaan merupakan faktor penting yang sangat  menentukan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Ayam ras pedaging sangat mudah terserang penyakit jika sanitasi dan sistem pemeliharaan kurang baik. Kegiatan pemeliharaan ayam ras pedaging meliputi persiapan kandang, pemeliharaan kandang dan peralatan, pemberian pakan dan minum, serta pencegahan penyakit dan pengobatannya.
            Persiapan kandang merupakan langkah awal sebelum bibit ayam dimasukkan ke kandang. Persiapan kandang meliputi kegiatan pembersihan, pengapuran, dan pencucihamaan kandang serta peralatan. Sebagian besar peternak melakukan satu  kali pembersihan kandang, satu kali pengapuran, dan dua kali pencucihamaan kandang melalui penyemprotan dengan obat semprot formalin. Pemanas dengan bahan bakar minyak tanah umumnya digunakan pada masa starter selama 15-18 hari atau selama hampir tiga minggu. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7 pemanas  dinyalakan selama 24 jam penuh, sedangkan hari ke-8 sampai hari ke-15 atau hari  ke-18 pemanas hanya dinyalakan pada malam hari saja, itu pun tergantung pada cuaca.
            Pemberian obat-obatan biasanya pada hari ke-1 dan ke-3 pemeliharaan. Obat yang diberikan berupa antibiotika (mycotek, NRO, doxsilistin, roxyn, dan therapy) bentuk serbuk yang dicampur dengan air minum. Pemberian antibiotika diberikan  jika ayam terkena penyakit, seperti ngorok (byocin) dan mencret (trymetodin). Peternak melakukan tiga kali vaksinasi yaitu vaksinasi ND (tetelo) yang pertama  (ND 1) dengan tetes mata dan suntik pada ayam umur empat hari. Vaksinasi Gumboro diberikan pada ayam umur 11 hari melalui air minum yang dicampur dengan susu bubuk skim. Dan vaksinasi ND 2 diberikan melalui air minum yang dicampur dengan susu bubuk skim pada umur 18 dan 28 hari. Vitamin (vitaral, amoxicol, mitravit 100, vitacid, dan vitastress) diberikan melalui air minum setelah vaksinasi yaitu pada ayam yang berumur 5, 12, 19, dan 29 hari.
            Aspek teknis usaha peternakan tercermin dari mortalitas, konversi pakan, berat badan akhir ayam ras pedaging, dan indeks produksi yang dicapai pada umur tertentu. Aspek teknis tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mortalitas tertinggi yang terjadi pada peternak plasma dan peternak mandiri mencapai masing-masing 14,45 % dan 10,70 % pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor.
            Konversi pakan tertinggi yang dicapai peternak plasma dan peternak mandiri yaitu masing-masing 1,90 (untuk mencapai berat badan sebesar 1 kg diperlukan konsumsi pakan sebesar 1,90 kg) dan 1,98 (untuk mencapai berat badan sebesar 1 kg diperlukan konsumsi pakan sebesar 1,98 kg) pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor. Berat badan akhir per ekor ayam tertinggi yang dicapai       peternak plasma dan peternak mandiri yaitu masing-masing 1,80 kg/ekor dan         1,76 kg/ekor pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor.  Sedangkan indeks produksi terendah yang dicapai peternak plasma dan peternak mandiri yaitu masing-masing 188,79 dan 195,64 pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor. Nilai indeks produksi menunjukkan prestasi yang dicapai ayam dalam  hal mortalitas dan berat badan akhir yang dicapai. Nilai indeks produksi               lebih dari 200 menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging efisien dalam penggunaan akan dan biaya yang dikeluarkan.
         Tabel 5.  Aspek Teknis Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian
Skala
Umur Panen (minggu)
Usaha
5
6
(ekor)
n
M
KP
BBA
IP
n
M
KP
BBA
IP
Plasma
2000
2500
4000
4500
5000

7
-
-
-
-

4,11
-
-
-
-

1,65
-
-
-
-

1,53
-
-
-
-

262,13
-
-
-
-

3
2
5
2
5

5,13
6,13
7,97
9,73
14,45

1,75
1,80
1,82
1,86
1,90

1,58
1,60
1,67
1,71
1,80

224,51
220,20
210,13
206,88
188,79
Mandiri
2000
2500
4000
4500
5000

7
5
-
-
-

4,76
6,51
-
-
-

1,63
1,76
-
-
-

1,48
1,54
-
-
-

270,36
234,03
-
-
-

-
2
2
3
3

-
7,32
7,68
8,54
10,70

-
1,79
1,87
1,92
1,98

-
1,65
1,67
1,70
1,76

-
224,14
216,33
202,81
195,64
Keterangan:
n = Banyaknya Sampel Penelitian
M = Mortalitas (%)
KP = Konversi Pakan
BBA = Berat Badan Akhir (kg/ekor)
IP = Indeks Produksi




Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging
Biaya Produksi Peternak
            Berdasarkan Tabel 6, pada peternak plasma dan peternak mandiri biaya produksi per kilogram berat badan akhir yang dikeluarkan peternak tertinggi yaitu masing-masing Rp. 7.431,98/kg dan Rp. 7.593,52/kg pada umur panen 6 minggu dengan skala usaha 5.000 ekor. Pada saat penelitian harga bibit ayam per ekor pada plasma dan peternak mandiri adalah masing-masing Rp. 2.600,00/ekor dan             Rp. 2.500,00/ekor. Sedangkan harga pakan per kilogram masing-masing sebesar       Rp. 2.665,00/kg dan Rp. 2.650,00/kg. Pada peternak plasma harga bibit ayam dan harga pakan ditentukan oleh perusahaan inti, sedangkan pada peternak mandiri bisa memilih bibit ayam dan pakan yang mutunya bagus tetapi harga tidak terlalu tinggi. 

Tabel 6.      Biaya Produksi Per Kilogram Berat Badan Akhir Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Lokasi Penelitian (Rupiah/Kilogram)
Aspek Teknis
Peternak Plasma
Peternak Mandiri
Umur Panen (minggu)
5
6
5
6
n
Rataan
n
Rataan
n
Rataan
n
Rataaan
Skala Usaha (ekor)
2.000
2.500
4.000
4.500
5.000
Mortalitas (%)
< 5,00
5,00 – 10,00
> 10,00
Konversi Pakan
< 1,70
1,70 – 1,80
> 1,80
BBA (kg/ekor)
< 1,60
1,60 – 1,80
> 1,80
Indeks Produksi
< 200
200 – 250
> 250

7
-
-
-
-

7
-
-

6
1
-

7
-
-

-
3
4

6.682,62
-
-
-
-

6.682,62
-
-

6.659,02
6.824,23
-

6.682,24
-
-

-
6.782,88
6.607,42

3
2
5
2
5

1
11
5

-
5
12

3
11
3

4
13
-

6.944,87
7.086,07
7.264,11
7.347,27
7.431,98

6.903,30
7.192,59
7.431,98

-
7.001,35
7.347,92

7.001,35
7.321,35
7.480,76

7.452,49
7.182,45
-

7
5
-
-
-

5
7
-

6
6
-

12
-
-

-
6
6

6.637,17
6.997,62
-
-
-

6.570,64
6.942,15
-

6.589,95
6.984,77
-

6.787,36
-
-

-
6.984,77
6.589,95

-
2
2
3
3

-
8
2

-
2
8

-
10
-

2
8
-

-
7.102,43
7.335,96
7.488,04
7.593,52

-
7.366,29
7.595,59

-
7.102,43
7.489,57

-
7.412,15
-

7.595,59
7.366,29
-
Keterangan
n = Banyaknya Sampel Penelitian
BBA = Berat Badan Akhir


Biaya produksi per kilogram berat badan akhir yang dikeluarkan peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan mortalitas yaitu masing-masing Rp. 7.431,98/kg dan Rp. 7.595,59/kg pada umur panen 6 minggu dengan mortalitas lebih dari 10,00 %.  Biaya produksi per kilogram berat badan akhir yang dikeluarkan peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan konversi pakan yaitu masing-masing Rp. 7.347,92/kg dan Rp. 7.489,57/kg pada umur panen 6 minggu dengan konversi pakan lebih dari 1,80. Biaya produksi per kilogram berat badan  akhir yang dikeluarkan peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan berat badan akhir yang dicapai yaitu masing-masing Rp. 7.480,76/kg dan                Rp. 7.412,15/kg pada umur panen 6 minggu dan 5 minggu dengan berat badan akhir lebih dari 1,80 kg/ekor dan (1,60-1,80) kg/ekor. Sedangkan biaya produksi              per kilogram berat badan akhir yang dikeluarkan peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan indeks produksi yaitu masing-masing Rp. 7.452,49/kg dan Rp. 7.595,59/kg pada umur panen 5 minggu dengan indeks produksi            kurang dari 200.
Pendapatan Peternak
Berdasarkan Tabel 7, pada peternak plasma dan peternak mandiri pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak tertinggi yaitu masing-masing Rp. 817,38/kg dan Rp. 962,83/kg pada umur panen 5 minggu dengan skala usaha 2.000 ekor. Pada saat penelitian harga jual ayam per kilogram berat badan akhir   pada peternak plasma dan peternak mandiri adalah masing-masing Rp. 7.500,00/ekor dan Rp. 7.600,00/ekor. Pada peternak plasma harga jual ayam per kilogram berat badan akhir ditentukan berdasarkan kontrak dengan perusahaan inti.
Pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak plasma  dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan mortalitas yaitu masing-masing             Rp. 817,38/kg dan Rp. 1.029,36/kg pada umur panen 5 minggu dengan mortalitas kurang dari 5,00 %. Pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan konversi pakan yaitu masing-masing Rp. 840,98/kg dan Rp. 1.010,05/kg pada umur panen 5 minggu dengan konversi pakan kurang dari 1,70. Pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan berat badan akhir yang dicapai yaitu masing-masing Rp. 817,38/kg dan Rp. 812,64/kg  pada umur panen 5 minggu dengan berat badan akhir kurang dari 1,60 kg/ekor. Sedangkan pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak  plasma dan peternak mandiri tertinggi berdasarkan indeks produksi yaitu masing-masing Rp. 892,58/kg dan Rp. 1.010,05/kg pada umur panen 5 minggu dengan  indeks produksi lebih dari 250.
Tabel 7.      Pendapatan Per Kilogram Berat Badan Akhir Usaha Peternakan   Ayam Ras Pedaging Berdasarkan Aspek Teknis di Lokasi      Penelitian (Rupiah/Kilogram)
Aspek Teknis
Peternak Plasma
Peternak Mandiri
Umur Panen (minggu)
5
6
5
6
n
Rataan
n
Rataan
N
Rataan
n
Rataaan
Skala Usaha (ekor)
2.000
2.500
4.000
4.500
5.000
Mortalitas (%)
< 5,00
5,00 – 10,00
> 10,00
Konversi Pakan
< 1,70
1,70 – 1,80
> 1,80
BBA (kg/ekor)
< 1,60
1,60 – 1,80
> 1,80
Indeks Produksi
< 200
200 – 250
> 250

7
-
-
-
-

7
-
-

6
1
-

7
-
-

-
3
4

817,38
-
-
-
-

817,83
-
-

840,98
675,77
-

817,38
-
-

-
717,12
892,58

3
2
5
2
5

1
11
5

-
5
12

3
11
3

4
13
-

555,13
413,93
235,89
152,73
68,02

596,70
307,41
68,02

-
498,65
152,08

555,13
217,86
19,24

47,51
317,55
-

7
5
-
-
-

5
7
-

6
6
-

12
-
-

-
6
6

962,83
602,38
-
-
-

1.029,36
657,85
-

1.010,05
615,23
-

812,64
-
-

-
615,23
1.010,05

-
2
2
3
3

-
8
2

-
2
8

-
10
-

2
8
-

-
497,57
264,04
111,96
6,48

-
233,71
4,41

-
497,57
110,43

-
187,85
-

4,41
233,71
-
Keterangan
n = Banyaknya Sampel Penelitian
BBA = Berat Badan Akhir










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa umur panen dan skala usaha sangat mempengaruhi besarnya mortalitas, konversi pakan, berat badan akhir dan indeks produksi yang dicapai. Semakin lama periode pemeliharaan (umur panen bertambah) maka semakin tinggi mortalitas, konversi pakan, berat badan akhir tetapi indeks produksi yang dicapai semakin rendah. Nilai indeks produksi menunjukkan prestasi yang dicapai ayam dalam hal mortalitas dan berat badan akhir yang dicapai. Nilai indeks produksi lebih dari 200 menunjukkan  bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging efisien dalam penggunaan pakan dan biaya yang dikeluarkan. Pada usaha peternakan ayam ras pedaging baik plasma maupun mandiri dicapai nilai indeks produksi lebih dari 200, artinya usaha peternakan ayam ras pedaging efisien dalam penggunaan pakan dan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diterima peternak sangat dipengaruhi oleh umur panen,  skala usaha, mortalitas, konversi pakan, dan indeks produksi yang dicapai.  Pendapatan per kilogram berat badan akhir yang diterima peternak plasma dan peternak mandiri di lokasi penelitian akan semakin kecil dengan bertambahnya umur panen, semakin tinggi mortalitas, semakin tinggi konversi pakan, semakin tinggi  berat badan akhir per ekor panen ayam, dan semakin rendah nilai indeks produksi.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada peternak plasma dan mandiri di lokasi penelitian seharusnya perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam melakukan manajemen penggunaan pakan dan biaya produksi yang efisien, sehingga akan meningkatkan pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging yang mereka jalankan.







UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan karunia dan rahmat-Nya yang tidak terhingga sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Plasma dan Mandiri di Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor” dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang membantu baik materi, motivasi, serta kasih sayang yang tiada henti diberikannya. Juga, kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MScAgr. dan Ir. Niken Ulupi, MS. yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu penyusunan usulan penelitian hingga tahap akhir penulisan skripsi. Selain itu ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. Dwi Joko Setyono, MSi. dan Ir. Dwi Margi Suci, MS yang telah menguji, mengkritik, dan memberikan sumbangan pemikiran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan juga kepada Kepala Cabang Dinas Peternakan dan Perikanan Wilayah Leuwiliang beserta stafnya, Bapak Camat Leuwiliang dan Kepala Desa Purasari beserta stafnya yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Para peternak ayam ras pedaging baik peternak plasma maupun peternak mandiri di Desa Purasari atas partisipasinya dalam membantu pelaksanaan penelitian. Teman-teman di Mostar khususnya Heri Hendro Basuki, Uuf, Wahyu Suryadini, Kadir dan Hasyim yang selama ini memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada Penulis.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi bermanfaat bagi yang membacanya dan bagi kehidupan para peternak di masa mendatang.




                                                                                    Bogor,  1 Mei 2005


                                                                                    Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z.  2002.  Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging.  Agromedia Pustaka, Jakarta.
Boediono.   1982.  Ekonomi Mikro.  Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Doll, J.P., dan F. Orazem.  1984.  Production Economics, Theory with Application, Second Edition.  John Wiley and Sons,  New York.
Ensminger, M.E.  1992.  Animal Agriculture, Third Edition.  Interstate Publishers Inc. Danville, Illinois.
Fadilah, R.  2004a.  Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.  Agromedia Pustaka,  Jakarta.
Fadilah, R.  2004b.  Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.  Agromedia Pustaka,  Jakarta.
Lipsey, R.G., N.C. Paul, D.P. Douglas dan O.S. Peter.  1995.  Pengantar Mikroekonomi, Edisi Kesepuluh, Jilid Satu.  Binarupa Aksara, Jakarta.
North, M.O., dan D.D. Bell.  1990.  Commercial Chicken Production Manual,        4th Edition.  Van Nortrand Reinhold, New York.
Pakarti, S.I.B.  2000.  Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternak Ayam Broiler (Studi Kasus pada Kelompok Peternak Plasma Poultry Shop Jaya Broiler di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat).  Skripsi.  Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pulungan, I., dan R. pambudy.  1993.  Peraturan dan Undang-Undang Peternakan.   Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.
Rasyaf, M.  2002a.  Beternak Ayam Pedaging.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M.  2002b.  Manajemen Peternakan Ayam Broiler, Penebar Swadaya, Jakarta.
Saragih, B.  2000.  Agribisnis Berbasis Peternakan: Kumpulan Pemikiran.        Pustaka Wirausaha Muda: PT. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor.
Simanjutak, P.J.  1998.  Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua.  Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Soekartawi.  2003.  Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas.  PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tjakrawiralaksana, A. dan H. M. C. Soeriaatmadja.  1983.  Usaha Tani : untuk Sekolah Menengah Teknologi Pertanian.  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Tobing, V.  2004.  Beternak  Ayam Broiler Bebas Antibiotika: Murah dan Bebas Residu.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Widjaja, K.  1998.  Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan Pusat Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Lembaga Pengabdian     Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Bogor.
















LAMPIRAN













Tidak ada komentar:

Posting Komentar